MADING ONLINE

 Hujan Darah

Oleh: Fiqih Prahara Al-Faris 

(Perbankan Syariah D semester 1, IAIN Syekh Nurjati Cirebon) 

Siang kali ini berbeda. Angin yang berhembus cukup sejuk. Membuat mata ini meredup. Sebelum raga ini tumbang saya menyempatkan diri untuk membersihkan diri. Setelah ritual tidur siang di cuaca semendukung ini mulai l, ada seseorang mengetuk² gerbang rumah. Karena di rumah hanya saya sendiri, dgn sangat terpaksa saya yg menerima tamu tersebut. Secara otomatis juga tidur siang saya batal. "Assalamualaikum!" Terdengar salam dari luar. Setelah keluar rumah saya melihat sosok jasad yang tidak asing diingatan ku. Setelah membuka pintu gerbang, ingatan ku sudah kembali. "Waalaikumussalam. Eh ang salman. Datang kapan ang?" jawab dariku. Dia merupakan sepupuku yg sudah menjadi perwira angkatan udara. "Ada bapaknya?" "Bapak baru saja keluar". Jawabku dgn singkat. Dikarenakan bpk saya sedang keluar alhasil ang salman ngobrol dgn ku. Membahas ini itu, memberi wejangan. Setelah cukup lama bercakap-cakap, hujan mulai turun. Anak² kecil mulai keluar rumah hanya untuk hujan²an. Semua kecerian terlihat dari raut wajah mereka. Kami berdua masih menikmati secangkir kopi hangat dalam balutan hujan. Setelah cukup lama hujan dan mulai membahasi pelataran rumah, anak² kecil itu masih bermain di depan rumah saya. Namun tak ada yang menyangka tiba² ada mobil truk GAS LPG dengan kecepatan tinggi melintas dari arah sebrang. Terlihat jelas bahwa truk tersebut sudah tak terkendali. Anak² yg bermain di depan rumah pun tak sempat melarikan diri. Alhasil truk tersebut menabrak seorang anak kecil yang berusia 3 thn. Suara tangisan mulai keluar dari kawan² anak tsb. Suasana semakin mencekam setelah darah segar tersebar. Bau anyir menyeruak ke pekarang rumah saya. Saya beserta ang salman mencoba untuk menenangkan keadaan, namun percuma saja. Tangis anak² tdi semakin menjadi. Hujan bertambah deras. Membuat suasana semakin mencekam. Nyawa anak tersebut tak terselamat kan. Jodoh, rezeki, dan umur memang sudah ada yang mengatur.